Pikiran adalah gagasan
dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan
dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai
dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Berfikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Berfikir dan berbahasa memiliki
kaitan yang sangat erat, karena bahasa adalah sarana berfikir.
Bahasa adalah suatu
sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan masyarakat untuk
berkerja, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem bahasa
terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang
tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Lambang yang digunakan dalam
sistem bahasa adalah adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Bahasa terbagi atas dua yaitu bahasa lisan dan tulisan, bahasa
lisan disebut pula bahasa primer dan bahasa tulisan disebut juga bahasa
skunder. Bahsa lisan dan tulisan dapat digunakan sebagai sarana berfikir atau
mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulisan. Bahasa menjidi dasar
pembentukan pola pirir anak. Melalui bahasa anak belajar tentang dirinya
sendiri dan diri orang lain.
Tanpa pikiran bahasa
tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak beradaptasi
dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti
mainan dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Mulai
anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak ke arah mengerti atau
berpikir. Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan
kemampuan berpikir. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka
seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan
kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Sebenarnya,
anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses
menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika
anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga
kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang di diktekan
pendidik kepada anak, mendengar ceramah dan mengingat isi ceramah tersebut,
menghapal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar
di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh
kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri. Keterkaitan antara pikiran dan
bahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat. Perbedaan ini hanya menyangkut
variabel mana yang menjadi penyebab. Piaget yang mengembangkan teori
pertumbuhan kognisi menyatakan jika seorang kanak-kanak dapat
menggolong-golongkan benda-benda dan dapat mengingat isi yang pendidik sebutkan
tersebut. Maka perkembangan kognisi dapat diterapkan setelah terjadi dan
sebelum anak itu dapat berbahasa.
Menurut teori Piaget,
seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan
burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak
kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu
memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan
jenis burung yang baru ini. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru
ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang
akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar
bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas,
melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh
mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak. Akomodasi adalah bentuk
penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat
adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam
contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum
memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu
pada skema burung si anak. Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem
kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu
tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai
dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian,
kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara
pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
Contoh kasus :
1. Jika melihat
bagaimana anak-anak berusia 3 tahun berkomunikasi, maka kita akan melihat
anak-anak tersebut umumnya hanya berbicara perkata saja. Contohnya, seorang
anak yang berusia 3 tahun rata-rata hanya dapat mengatakan kata “mama”, “papa”,
“hai”, dan kata-kata lain yang mudah diucapkan oleh mereka. Hal tersebut
dikarenakan kognitif mereka yang baru akan berkembang, sehingga dalam berbahasa
pun mereka masih menggunakan kata-kata yang sederhana.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar