(Tugas ke-8
Kesehatan Mental)
Stress
A. Arti Penting Stress
Stres
dikenali sebagai interaksi antara kemampuan coping seseorang
dengan tuntutan lingkungannya. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya:
stimulus yang membahayakan fisik dan psikis bersifat mengancam, lalu
memunculkan reaksi-reaksi kecemasan). Menurut Atwater (1983), stres merupakan
suatu tuntutan penyesuaian, yang menghendaki individu untuk meresponnya secara
adaptif. Sedangkan Hans Selye (dalam, Hahn & Payne, 2003) menjelaskan stres
adalah respon yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang ada,
dimana respon tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.
·
Efek–efek Stress
Menurut Hans Selye
Menurut Hans
Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres
bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1. Local Adaptation Stress.
Local
Adaptation Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat
terhadap stres. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek.
Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor
untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus,
dan respon bersifat restorative.
2. General Adaptation Syndrome
General
Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat
membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan
stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha
ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf
simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress
itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome. GAS terdiri dalam tiga
fase :
A. Alarm reaction (reaksi peringatan). Pada
fase ini tubuh dapat mengatasi stressor dengan baik. Apabila ada rasa takut
atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang
mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi
bahaya mengacam ditandai dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
B. The stage of resistance (reaksi
pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melebihi tahap
kemampuan tubuh. Pada keadaan ini, mulai timbul gejala-gejala psikis dan
somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi
masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor.
C. Stage of exhaustion (reaksi
kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas.
Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal,
impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya.
·
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Stress
Merupakan
gabungan dari faktor internal (individu) dan eksternal (sosial), yaitu:
1. Individual
a.
Karakteristik kepribadian individu, misal: pemarah, ambisius, agresif.
b.
Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres, antara l ain: inteligensi, fleksibilitas
berpikir, banyak akal.
c.
Harga diri (self-esteem).
d.
Bagaimana individu menerima atau mempersepsikan peristiwa yang potensial
memunculkan
stres.
e.
Toleransi terhadap stres, tergantung pada: kondisi kesehatan, tingkat
kecemasan.
2. Sosial
a.
jumlah peristiwa yang menjadi stressor, kemunculannya secara bersamaan.
b.
situasi tertentu, misal: dengan siapa kita hidup, seberapa lama kita mengalami stress tsb.
B. Tipe-tipe Stress Psikologis
Dapat dengan
mudah membuat perbedaan, tetapi sulit memisahkan berbagai bentuk stres yang
dialami individu.
1. Tekanan
(Pressure).
Tekanan bersumber dari dalam diri (misal: ambisi) atau luar diri (misal: kompetisi di lingkungan), bahkan dapat berupa gabungan keduanya. Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, muncul perilaku self-defeating, dimana diri kita kalah dengan tuntutan kita sendiri yang berlebihan (contoh: pada orang perfeksionis).
Tekanan bersumber dari dalam diri (misal: ambisi) atau luar diri (misal: kompetisi di lingkungan), bahkan dapat berupa gabungan keduanya. Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, muncul perilaku self-defeating, dimana diri kita kalah dengan tuntutan kita sendiri yang berlebihan (contoh: pada orang perfeksionis).
2. Frustrasi
(Frustration).
Muncul karena adanya hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan. Dapat muncul akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, adanya penundaan, atau adanya rintangan sosial, Sumber frustrasi dari dalam diri individu:
Muncul karena adanya hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan. Dapat muncul akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, adanya penundaan, atau adanya rintangan sosial, Sumber frustrasi dari dalam diri individu:
a. tidak punya
kemampuan
b. rendahnya
komitmen
c. rendahnya
kepercayaan diri
d. perasaan
bersalah
e. karakteristik
individu: jenis kelamin, warna kulit
Tingkat
frustrasi tertentu merupakan bagian dari proses pertumbuhan.Frustrasi dapat
menimbulkan kemarahan dan perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi kita
terhadap frustrasi maka semakin mudah kita untuk cenderung menjadi agresif.
3. Konflik.
Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency.
Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency.
*Macam-macam
konflik:
a. approach-
approach conflict : dua pilihan yang masing-masing memiliki alternatif
yang diinginkan.
b. avoidance-avoidance
conflict : dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.
c. approach-avoidance
conflict : satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
d. double
approach-avoidance conflict : dua alternatif yang sama-sama punya
konsekuensi positifdan negatif.
4. Cemas
Merupakan perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan datang. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas yang normal, karena kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa bahaya sudah dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat. Stress terhadap kecemasan dipelajari dan berfungsi dalam hubungannya dengan perasaan aman. Beda kecemasan dengan rasa takut:
Merupakan perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan datang. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas yang normal, karena kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa bahaya sudah dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat. Stress terhadap kecemasan dipelajari dan berfungsi dalam hubungannya dengan perasaan aman. Beda kecemasan dengan rasa takut:
- rasa takut:
jika merasa terancam pada sesuatu yang spesifik & jelas letaknya
- cemas : lebih
subjektif dan umum ancamannya, lebih stressful, karena ancaman tidak diketahui
objek dan efeknya; lebih mudah terakumulasi sehingga membuat berkurangnya
kesadaran dan memburuknya performa kita.
C. Symptom-reducing Responses terhadap
Stress
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
·
Mekanisme
Pertahanan Diri
Merupakan
reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri mereka dari kelebihan
dosis intensif dari adanya stres psikologis. Mekanisme pertahanan diri digunakan
oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi dari segala ancaman.
Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi
ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali. Tujuannya
meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena terpicu adanya
kecemasan, konflik, atau frustrasi.
1. Represi
(repression).
Berusaha menekan
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated
forgetting).
2. Supresi
(supression).
Upaya sadar
individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan,
dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja. Berusaha menolak atau
menghambat realita internal.
3. Pengingkaran
(Denial).
Menolak melihat
atau mendengar aspek realita yang tidak menyenangkan atau mengancam. Menolak
pengakuan eksternal atau realita sosial.
4. Rasionalisasi.
Usaha untuk
memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima dalam cara yang diterima
sosial dan rasional. Nilai self-deception sangat besar, mirip dengan berbohong
atau mengingkari orang lain.
5. Regresi.
Mengurangi
ketegangan dalam dirinya dengan bertingkah laku mencari perhatian (seperti anak
kecil; merajuk, marah) – agar diperhatikan. Mundur pada fase perkembangan
sebelumnya.
6. Proyeksi.
Upaya individu
untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang
lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.
7. Reaksi-formasi.
Mengalihkan
motif yang dimiliki ke motif yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi
kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego
atau moral.
8. Sublimasi
(displacement).
Tidak
tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif yang
sejenis tapi beda kegiatan.
9. Acting
Out.
Membebaskan
tegangan dari impuls yang tidak dapat diterima dgn mengekspresikannya secara
simbolik. Misal: ingin merasa independen dari orangtua maka remaja jadi tampil
modis, bolos sekolah, penundaan atau mogok, seks bebas, tawuran. Sifatnya tidak
disadari.
10. Fantasi.
Membebaskan
tekanan dengan tindakan imajinasi. Tetapi tidak semua imajinasi merupakan
bagian dari defens. Misal: melamun, yakin bahwa jadi tokoh dalam film, tokoh
dalam film kaya seperti harapannya (ada unsur self-deception, distorsi
realita).
- Sarana Coping Untuk
Mengatasi Stress “Minor”
Merupakan respon
terhadap stress ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu.
Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level
kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan
kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stress.
Jenisnya:
a. kontak fisik
(dielus), makan, minum
b. tertawa,
menangis, memaki/ mengutuk
c. membicarakan
dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d. melakukan
aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olah raga, jalan-jalan, main
games).
Akan tetapi
sifatnya tidak menghilangkan sumber stres, sementara, memiliki keterbatasan
dalam mengurangi ketegangan akibat stress.
D. Pendekatan “Problem-Solving” Terhadap
Stress
Merupakan jenis
penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan
sumber stress, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi
tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya:
a. memodifikasi
diri agar lebih toleran terhadap stres.
b. memodifikasi
situasi yang menimbulkan stres.
- Meningkatkan
Toleransi Terhadap Stress
a. Toleransi
terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan
meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
b. Toleransi
terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba
memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
c. Toleransi
terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak
dan efek emosionalnya.
d. Toleransi
terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi
performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi
yang membuat kita cemas.
·
Pendekatan yang
Berorientasi pada Tugas
a. Pendekatan
Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu
untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
b. Pendekatan
Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan
dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang
dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah
untuk mengumpulkan biaya kuliah.
c. Berkompromi. Biasa
digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari kita,
atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauhmana
kepuasan dapat
diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi
stres.
Tiga tipe
kompromi:
1. Comformity
Merubah sikap
menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.
2. Negotiation
Secara aktif
mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area
publik dan interpersonal, lebih baik daripada kompromi karena sifatnya mutual.
3. Substitution
Memutuskan
alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.
Sumber :
Dewi, Kartika S.
(2012). Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
Semium,
yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Komentar
Posting Komentar